Muyang Kute adalah cermin masa lalu yang hidup dalam setiap napas masyarakat Gayo. Riwayatnya tidak sekadar rentetan nama, tanggal, atau peristiwa; ia adalah peta kehidupan, adat, dan nilai-nilai leluhur yang membentuk identitas kolektif komunitasnya. Menulis riwayat Muyang Kute adalah sebuah panggilan, bukan hanya untuk penulis sejarah, tetapi untuk seluruh generasi yang ingin memahami akar dan jalan hidupnya.
Pertama, menulis sejarah Muyang Kute adalah upaya mempertahankan identitas budaya. Di tengah arus modernisasi dan perubahan sosial, pengetahuan lisan sering kali pudar. Adat dan cerita leluhur yang diturunkan dari mulut ke mulut berisiko hilang. Dengan menulis riwayatnya, kita mencatat seluruh warisan budaya, mulai dari struktur sosial, kepemimpinan tradisional, ritual, hingga hubungan masyarakat dengan alam sekitarnya. Riwayat tertulis ini menjadi tonggak yang menghubungkan masa lalu dengan generasi sekarang, sehingga setiap langkah masyarakat tidak terlepas dari akar sejarahnya.
Kedua, riwayat Muyang Kute adalah sarana penghormatan kepada leluhur. Di balik setiap nama Muyang, ada cerita pengorbanan, kebijaksanaan, dan keteguhan nilai moral. Menuliskannya berarti mengakui jasa mereka dan memastikan kisah mereka tetap hidup, bukan hanya sebagai legenda, tetapi sebagai inspirasi bagi kehidupan masa kini. Riwayat ini juga menjadi panduan etis; setiap tindakan dan keputusan masyarakat dapat ditelusuri melalui nilai-nilai yang diwariskan, sehingga adat dan syara’ tidak kehilangan pijakan.
Selain itu, menulis riwayat Muyang Kute memiliki manfaat ilmiah dan pedagogis. Para peneliti antropologi, sejarah, dan sosiologi akan menemukan bahan primer yang autentik untuk memahami struktur sosial, adat istiadat, praktik keagamaan, dan interaksi manusia dengan alam. Setiap catatan tentang Muyang, desa, atau kampung menjadi dokumen yang kaya, memuat tradisi, ritual pertanian, upacara keagamaan, dan hikmah kehidupan yang berlapis. Dengan begitu, sejarah lokal tidak lagi dianggap remeh, melainkan menjadi sumber pengetahuan yang dapat dikaji secara akademik maupun filosofis.
Menulis riwayat Muyang Kute juga adalah upaya membangun kebanggaan komunitas. Ketika anak muda membaca atau mendengar kisah leluhur mereka, mereka menyadari bahwa tanah tempat mereka berpijak bukan sekadar ruang fisik, tetapi halaman-halaman hidup yang penuh cerita dan pelajaran moral. Kebanggaan ini menumbuhkan kesadaran untuk menjaga, melestarikan, dan meneruskan nilai-nilai luhur, serta menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap masa depan kampung.
Akhirnya, menulis riwayat Muyang Kute adalah aksi kontemplatif dan kreatif. Ia bukan sekadar dokumentasi fakta, tetapi juga refleksi akan perjalanan manusia, hubungan antar generasi, dan dialog antara masa lalu dan masa kini. Setiap riwayat yang ditulis bukan hanya menyimpan informasi, tetapi juga menghidupkan kembali napas leluhur, memungkinkan kita untuk belajar, merenung, dan bersyukur atas akar budaya yang menjadi pondasi kehidupan kita.
Dengan demikian, mari kita menulis riwayat Muyang Kute. Mari menjadikan sejarahnya tidak sekadar cerita lama, tetapi warisan hidup yang terus berdenyut, menjadi peta yang menuntun langkah generasi mendatang, dan menjadi cahaya yang menerangi identitas Gayo dari masa ke masa. Menulis riwayat Muyang Kute adalah tindakan melestarikan hidup, menghormati masa lalu, dan membimbing masa depan.











