Breaking News

đź’  TARI GUEL DARI GAYO

  1. Asal-Usul dan Makna

Tari Guel berasal dari masyarakat Gayo di dataran tinggi Aceh Tengah, dan Bener Meriah. Kata Guel berarti “gerakan memanggil atau menggugah”, biasanya untuk mengundang roh halus atau semangat leluhur, dan menjadi bagian dari ritual penyambutan tamu agung, terutama dalam konteks adat kerajaan atau penyambutan raja (Reje) zaman dahulu.

Menurut cerita rakyat Gayo, tari ini diciptakan oleh seorang raja sakti bernama Reje Linge, yang mendapat ilham gerak dari bunyi gong dan getaran hati dalam pengembaraannya.

  1. Fungsi Tari
    • Sebagai upacara adat penyambutan tamu kehormatan.
    • Digunakan dalam ritual sakral (peusijuk, perkawinan, dan pentas budaya).
    • Menjadi bentuk representasi identitas budaya Gayo.
    • Merupakan sarana pendidikan nilai-nilai adat dan kebersamaan.
  2. Pola Penyajian dan Gerak

Tari Guel biasanya dimainkan oleh penari laki-laki, dengan satu atau dua penari utama diiringi kelompok penabuh dan pendamping.

Pola gerak mengandung unsur:
• Lenggang (gerak menggoyang bahu dan kepala),
• Keket (gerak tangan seperti memanggil),
• Melengkan (gerakan berjalan berputar),
• dan Guel (gerak klimaks memanggil roh leluhur atau simbol kekuatan).

Tari Guel dibagi menjadi beberapa bagian:
1. Pembukaan: Gong, gegedem (gendang) dibunyikan.
2. Masuk Penari: Penari masuk dengan sikap hormat.
3. Puncak Gerak Guel: Energi gerak memuncak dengan hentakan kaki dan olah rasa.
4. Penutup: Gerak perlahan mereda, menyatu dengan irama alam.

  1. Busana dan Atribut
    • Pakaian adat Gayo laki-laki: baju lengan panjang, celana longgar, dan ikat kepala (bulang teleng).
    • Kalung, selempang, dan keris.
    • Terkadang membawa alat musik pengiring seperti canang dan rebana kecil (tereb).
  2. Musik Pengiring
    • Gong
    • Gegedem (gendang)
    • Canang
    • Serune
    • Kadang juga dengan syair atau kidung adat, sebagai doa dan narasi gerak.
  3. Nilai Budaya
    • Spiritualitas: Mengandung unsur penghormatan kepada leluhur.
    • Kebersamaan dan solidaritas sosial.
    • Ketertiban dan struktur adat.
    • Penghormatan terhadap tamu dan martabat raja.

⸻

🌀 NARASI PUITIS: TARI GUEL DARI TANAH GAYO

(Naskah ini bisa dipakai sebagai pengantar atau narasi dramatik pertunjukan)

Di lembah berhawa kopi dan kabut,
tempat matahari tersimpan dalam gendang,
lahirlah tari yang tak sekadar gerak—
melainkan gelombang jiwa,
dari tanah tinggi yang mendengarkan bisik leluhur:
Guel… Guel… Guel…

Bukan sekadar kaki yang melangkah,
tapi sejarah yang ditapaki:
Reje Linge mendengar suara gong di langit
dan melihat angin menari di antara pucuk pinus.
Maka diciptakannya gerak memanggil—
gerak yang mengguncang hati dan semesta.

Datanglah penari,
dengan kepala tegak dan tubuh bersahaja,
membawa kehormatan raja,
membawa ruh nenek moyang,
membawa amanah adat dan nama kampung halaman.

Di balik setiap lenggang dan ketukan,
tersimpan hukum adat yang tak tertulis.
Setiap “Guel” adalah bahasa
yang hanya dimengerti oleh tanah,
oleh embun, oleh batu dan burung-burung pagi.

Maka jangan kau anggap tari ini hiburan,
sebab ia adalah doa yang menari.
Doa agar tamu datang membawa rezeki.
Doa agar anak negeri tak lupa diri.
Doa agar adat tetap berdiri
meski negeri tergoyang modernisasi.


Eksplorasi konten lain dari KEN NEWS

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Eksplorasi konten lain dari KEN NEWS

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca