Puisi Esai LK Ara
I. Danau Gayo adalah Cermin Jiwa
Danau itu bukan sekadar genangan air,
melainkan kitab tua yang diam-diam berbicara.
Setiap riaknya menyimpan dongeng—
tentang ikan kecil bersisik perak,
tentang Depik, anak bening dari dinginnya Gayo,
yang lahir di antara kabut dan desir angin gunung.
Depik bukan ikan biasa.
Tubuhnya mungil, tapi matanya menyala
seperti lentera kecil di kedalaman yang sunyi.
Sisiknya kilau perak,
seolah langit menjatuhkan bintang-bintang
ke tubuhnya yang rapuh.
Di danau itu, semua memandang depik dengan kekaguman.
Tapi kekaguman, seperti arus halus,
bisa berubah menjadi jerat yang tak terlihat.
⸻
II. Keindahan yang Kesepian
Ada hari ketika depik berenang ke permukaan
mencari sahabat, bukan sorak.
Ia bertemu ikan mas yang bersahaja,
tak bercahaya, tapi hangat seperti lumpur yang merawat akar.
“Maukah kau bermain bersamaku?”
tanya depik, seperti embun yang ragu jatuh.
Dan mereka pun menari di antara rumput air,
bersembunyi dari sinar,
tertawa dalam gelembung-gelembung cahaya.
Namun, kilau kadang menjebak dalam bayang sendiri.
“Aku paling cantik di danau ini,”
ucap depik, dengan nada yang gemetar
antara bangga dan sepi.
Ikan mas menatapnya lembut:
“Cantik, ya. Tapi hatimu jauh lebih penting.”
Kata itu tenggelam seperti batu kecil,
menimbulkan riak di dalam dada depik.
⸻
III. Sahabat Lebih Mulia dari Sisik
Hari berganti. Danau tetap sunyi.
Tapi di kedalaman depik, ada kehampaan
yang tak bisa disembunyikan sisik gemerlap.
Ia melihat ikan-ikan lain bermain,
tanpa kilau, tapi penuh canda dan tawa.
Ia sadar: dirinya cermin, bukan cahaya.
Dan cermin tak bisa hangatkan hati,
kalau yang terlihat hanya dirinya sendiri.
“Aku minta maaf,” katanya pada ikan mas.
“Aku ingin menjadi ikan yang bisa kau peluk,
bukan hanya kau kagumi.”
Dan danau menjawab dengan nyanyiannya.
Gelembung-gelembung naik ke permukaan
seperti harapan yang dilepas dari dada.
⸻
IV. Depik: Dari Simbol ke Pesan
Kini depik bukan sekadar ikon kuliner,
bukan hanya lauk di piring wisata.
Ia menjadi dongeng yang diceritakan anak-anak
di malam dingin di Dataran Tinggi.
Kecantikan bukan pada sisik,
melainkan pada hati yang tahu cara meminta maaf.
Dan sahabat bukan cermin,
tapi tangan yang tetap menggenggam
saat cahaya kita redup di dasar danau.
Danau Gayo tetap tenang,
tapi di dalamnya kini beriak kisah yang hangat:
tentang seekor ikan kecil
yang belajar menjadi besar
karena ia belajar mencintai
bukan hanya dipuji.
⸻
Catatan Kaki:
1. Ikan depik adalah ikan kecil endemik Danau Lut Tawar di Aceh Tengah, khas Dataran Tinggi Gayo, dan memiliki nilai budaya serta ekonomi bagi masyarakat setempat.
2. Danau Gayo merujuk pada Danau Lut Tawar, yang menjadi sumber air, identitas lokal, dan simbol spiritual masyarakat Gayo.
3. Ikan mas dalam dongeng ini hadir sebagai simbol bijak—bukan spesies asli danau, tetapi tokoh rekaan untuk menyampaikan nilai moral.
4. Dongeng ini diadaptasi menjadi puisi esai untuk memperkuat pesan tentang pentingnya persahabatan dan ketulusan dalam budaya lokal.
5. Puisi esai adalah bentuk sastra hibrida yang menggabungkan unsur refleksi dan estetika, cocok untuk menyampaikan pesan budaya secara mendalam namun tetap menyentuh.
Eksplorasi konten lain dari KEN NEWS
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.