Breaking News

Syair Robohnya Sungai di Pintu Rime

Banjir bandang di Pintu Rime Gayo Bener Meriah. Foto: LG.com

Syair oleh: LK Ara

Bismillah kumulai dengan salam,
membawa kisah dari negeri kelam,
hujan bertalu di ufuk kelam,
membasahi lembah, menutup malam.

Bener Meriah, tanah bertuah,
di antara bukit, di antara payah,
namun hujan kini membawa amarah,
membanjirkan ladang, membanjirkan rumah.

Di Taman Firdaus, sawah berseru,
di Berangun, jalan menjadi pilu,
air bercampur dengan batu,
menyapu jalan, menelan rindu.

Waktu bergulir sore ke malam,
air memburu dalam deras geram,
TRC BPBD datang bertandang,
membawa alat, membelah malam.

Tiga jam lamanya menunggu jalan,
dengan tekad dan langkah ke depan,
pukul tujuh malam tibalah harapan,
bergerak berat di gelap hujan.

Wahai penduduk, wahai sekalian,
Safriadi berseru dalam panggilan,
cuaca masih labil, masih bertahan,
mari bersiap, mari bertahan.

Bukan sekadar air mengalir,
bukan sekadar tanah bergilir,
di setiap tetes, bumi pun berpikir,
agar manusia belajar bersyukur.

Bener Meriah, tanahku tersayang,
di batas hujan, di batas terang,
tabahkan hati, kuatkan gelang,
di balik ujian, rahmat kan datang.

Lautan lumpur bukanlah akhir,
pohon yang rebah pun kan berzikir,
dengan sabar, doa yang mengalir,
akan menumbuhkan hari yang hadir.

Wahai sungai, wahai rimba,
diamkan amarahmu, tundukkan jiwa,
biar manusia belajar setia,
pada bumi, pada langit, pada segala doa.

Malam berakhir, Subuh pun tiba,
dengan harapan yang tak lagi hampa,
semoga negeri ini tetap bersahaja,
dalam ridha Allah yang Maha Mulia.


Eksplorasi konten lain dari KEN NEWS

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Eksplorasi konten lain dari KEN NEWS

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca