Breaking News
OPINI  

Kesehatan Mental dan Kebutuhan Pria untuk Bercerita

Ismar Ramadani. Foto: Koleksi Pribadi

Oleh: Ismar Ramadani

Saya ingat betul sebuah video yang menampilkan seorang petinju yang berhasil memenangkan pertandingan. Saat dia diberi kesempatan oleh wartawan untuk berbicara tentang kemenangan yang dia dapatkan, si petinju justru menghadiahkan kemenangnnya untuk seorang teman.

Namun dia mengatakan jika sang teman justru baru saja meninggal dunia. Lalu petinju mengatakan, “melalui kemenangan ini saya sampaikan kepada semua pria, dimanapun dia berada. Apapun yang terjadi dan kamu alami, tolong…cari seseorang, temui, dan berceritalah kepada mereka. Itu akan sangat membantu!”.

Kisah diatas kembali dalam ingatan saya ketika membaca berita Sunyi di Mekar Jadi Ayu: Kesendirian Panjang Sukran Berakhir

Diskusi singkat saya dengan penulis sampai pada kemungkinan besar penyebab kematian korban adalah bunuh diri karena ganguan pada kesehatan mental.

Bunuh diri sebagai bentuk ‘politik kematian’
Term politik kematian merupakan sebuah temuan dari analisis sosial yang saya dan beberapa teman lakukan di salah satu desa Kecamatang Gunung Kidul, Jogjakarta pada tahun 2014. Desa ini sangat gersang, hujan bahkan baru turun setelah 6,7 atau 8 bulan. Secara sederhana tidak ada sesuatu yang aneh dengan desa ini, namun angka bunuh diri di desa ini sangat tinggi. Ini disebabkan oleh tuntutan sosial, keberagamaan yang kurang ‘percaya diri’ karena mereka sering mengandalkan/mewakilkan hal hal yang berkaitan dengan ketuhanan kepada orang yang lebih pintar (Ustadz, Pendeta, Bante), maklum wilayah ini merupakan tempat dengan umat beragama yang beragam. Sehingga secara spiritual, pengetahuan dan ekonomi cukup rendah.

Hasilnya, bunuh diri menjadi fenomena yang umum. Bahkan masyarakat menyebut bunuh diri sebagai ‘Pulung Gantung”. Dalam Bahasa Jawa, Pulung diartikan sebagai cahaya, sinar atau kilatan. Secara mendalam pulung diartikan sebagai berkah, anugerah atau wahyu yang turun dari langit.

Sedangkan secara sederhana pulung bisa berarti cahaya atau kilatan yang dianggap sebagai pertanda baik atau keberuntungan. Ini juga yang menyebabkan masyarakat di desa menjelaskan bunuh diri sebagai “pulung gantung”.

Saya menangkap ini sebagai cara untuk terlepas dari kehdiupan yang tidak beruntung menuju pada kematian yang dianggap penuh keberkahan.

Bunuh Diri sebagai Femonema yang tidak Biasa di Gayo

Bunuh diri bukan hal yang identik dengan masyarakat Gayo. Dulu jarang sekali kita mendengar kasus bunuh diri. Di kampung saya yang merupakan wilayah transmigrasi, kasus bunuh diri justru beberapa kali terjadi dan korbannya adalah warga transmigrasi. Namun akhir akhir ini bunuh diri sering kita dengar dari pemberitaan. Lalu apa yang menyebabkan seseorang mengakhiri hidup?

Keputusan bunuh diri sangat terkait dengan kesehatan mental. Sesuatu yang dulu jarang kita dengar.
Kesehatan mental merupakan kondisi dimana individu memiliki kesejahteraan yang tampak dari dirinya yang mampu menyadari potensinya sendiri, memiliki kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup normal pada berbagai situasi dalam kehidupan, mampu bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya (https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kanwil-jakarta/baca-artikel/16227/Mengenal-Pentingnya-Kesehatan-Mental.html).

Ciri ciri ganguangn Kesehatan mental dapat terlihat dari perubahan perilaku, seperti jadi mudah marah, kasar dan merasa frustasi. Perubahan mood juga dapat menjadi tanda termasuk kesulitan berkonsentrasi, penurunan berat badan, menyakiti diri sendiri dan perasan yang intens seperti rasa takut yang berlebihan, menangis, berteriak yang intens.

Sedangkan ciri ciri seseorang yang sehat mental yaitu, merasa lebih bahagia dan lebih positif tentang diri mereka sendiri dan menikmati hidup, mudah bangkit dari kekesalan dan kekecewaan, memiliki hubungan yang lebih sehat dengan keluarga dan teman, melakukan aktivitas fisik dan makan makanan yang sehat, terlibat dalam kegiatan, memiliki rasa pencapaian, bisa bersantai dan tidur nyenyak serta merasa nyaman di komunitas mereka(https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kanwil-jakarta/baca-artikel/16227/Mengenal-Pentingnya-Kesehatan-Mental.html).

Bagi mereka yang memiliki kesehatan mental baik biasanya mendapatkan cinta dan dukungan serta hubungan yang kuat dengan keluarga dan orang-orang terdekat. Bahkan, hubungan emosional yang baik dapat mengurangi kemungkinan mengalami masalah kesehatan mental pun sebaliknya. Sehingga sangat penting bagi kita untuk memberi perhatian kepada orang orang terdekat jika ada perubahan yang terlihat dan mengarahkan pada ancaman kesehatan mental. Jangan sungkan untuk memberikan perhatian, dukungan bahkan kunjungan pada keluarga yang menghadapi masalah hidup.

Kadang kebaikan sederhana seperti, menyapa, mendengarkan seseorang bercerita dan memberi sedikit semangat dapat menyelamatkan seseorang dari kematian.

Semoga kesehatan mental dapat menjadi perhatian kita semua. Bagi para pria, jika anda membutuhkan bantuan temui seseorang dan silahkan bercerita!