TAKENGON | KenNews.id — Setelah tiga dekade lamanya menunggu, masyarakat di tiga kampung — Bah, Serempah, dan Cangduri, Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah — akhirnya bisa bernapas lega. Jalan penghubung utama yang menjadi urat nadi mobilitas mereka kini mulai dibangun melalui program Pemeliharaan Berkala Jalan Kabupaten yang bersumber dari Dana Otonomi Khusus Aceh (DOKA) dengan pagu anggaran sebesar Rp4,7 miliar.
Proyek yang menjadi asa puluhan tahun masyarakat ini dikerjakan oleh PT Rajawali Mas Ariba sebagai pelaksana, dan diawasi oleh CV Bima Cipta Konsultan. Namun di tengah euforia pembangunan, warga memberi peringatan keras kepada pihak rekanan agar tidak bermain-main dalam pelaksanaan proyek.
“Jalan ini sudah kami perjuangkan selama 30 tahun. Jangan sampai harapan kami yang sudah menua ini dikhianati oleh pekerjaan asal jadi,” tegas Abdul Rajab, tokoh pemuda Kampung Cangduri, kepada KenNews.id, Senin, 27 Oktober 2025.
Abdul Rajab menambahkan, masyarakat tidak akan tinggal diam. Mereka akan mengawal setiap tahapan pekerjaan dan melaporkan perkembangannya kepada pihak berwenang jika menemukan kejanggalan.
“Kami akan pantau terus. Setiap meter aspal, setiap campuran cor, akan kami perhatikan. Kalau ada yang tidak beres, kami laporkan. Ini jalan kami, bukan milik kontraktor,” ujar Abdul penuh emosi.
Warga menilai proyek ini adalah simbol keadilan pembangunan yang selama ini timpang di wilayah pedalaman Aceh Tengah. Jalan Bah–Serempah–Cangduri bukan sekadar akses ekonomi, tapi juga urat hidup warga yang selama ini terisolasi.
“Selama ini kami seperti hidup di ujung dunia. Ketika musim hujan, jalan berubah jadi lumpur. Sekarang kesempatan itu datang, tapi kami tidak mau hanya dapat debu proyek tanpa hasil nyata,” tambahnya.
Abdul Rajab juga menyerukan agar Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Aceh Tengah selaku pemilik proyek tidak sekadar menyerahkan pekerjaan kepada pihak ketiga tanpa pengawasan yang ketat.
“Kami harap PUPR jangan cuma tanda tangan kontrak, lalu lepas tangan. Awasi dari awal! Jangan tunggu rusak baru sibuk saling lempar tanggung jawab,” ujarnya keras.
Proyek senilai miliaran rupiah itu kini menjadi sorotan tajam publik Ketol. Masyarakat berharap pembangunan ini bukan sekadar proyek tahunan yang meninggalkan luka dan debu, tapi benar-benar menjadi bukti bahwa keadilan pembangunan akhirnya menyentuh tanah yang selama ini dilupakan.
Jika pekerjaan ini berhasil dengan baik, maka jalan Bah–Serempah–Cangduri bukan hanya akan menghubungkan tiga kampung, tapi juga menyambungkan kembali kepercayaan rakyat terhadap pemerintah. Namun jika gagal — sejarah akan mencatatnya sebagai satu lagi episode pengkhianatan terhadap rakyat yang sabarnya telah habis.





