Breaking News

Parasit Mematikan di Danau Lut Tawar: Bawal Jawa Diduga Jadi Biang Kematian Massal Bawal Gayo

Ikan bawal gayo mati massal diduga akibat parasit yang dibawa Ikan Bawal Jawa. Foto: LSM Gayo Rimba Bersatu

TAKENGON |  KenNews.id –
Danau Lut Tawar kembali berduka. Bukan karena kerusakan alam yang terjadi perlahan, melainkan oleh ulah manusia yang terburu-buru dan gegabah. Kali ini, tragedi menimpa keramba jaring apung (KJA) milik salah satu warga yang mengalami kematian massal ikan mas lokal—yang dikenal dengan sebutan Bawal Gayo. Dan biangnya? Diduga berasal dari ikan Bawal Jawa, spesies non-endemik yang baru saja ditebar beberapa hari sebelumnya di lokasi yang berdampingan.

“Diduga ikan Bawal Jawa yang disebar itu membawa parasit, dan ketika mati, parasit tersebut mencari inang baru lalu berpindah ke Bawal Gayo,” kata Abrar Syarif, aktivis lingkungan dari LSM Gayo Rimba Bersatu kepada KenNews.id, Selasa, 29 Juli 2025.

Kematian ikan dalam jumlah signifikan di KJA bukan hanya membuat rugi secara ekonomi, namun lebih dari itu: ia mengancam ekosistem yang telah terbentuk lama. Abrar menyebut ini sebagai kecerobohan yang jika tidak segera ditangani akan menjadi bom waktu.

Bawal Jawa—yang dikenal agresif dan bukan penghuni asli Danau Lut Tawar—sudah sejak awal menjadi sorotan karena berpotensi menjadi spesies invasif. Namun tetap saja, dalam ruang abu-abu peraturan , ada saja individu yang mengambil jalan pintas demi keuntungan semu.

Fenomena penyebaran parasit yang berujung kematian massal ini menjadi bukti nyata bahwa ekosistem air tawar itu sangat rentan terhadap intervensi yang sembrono. Tidak ada karantina ikan, tidak ada uji laboratorium, tidak ada penilaian risiko. Semuanya berjalan seolah Danau Lut Tawar adalah kolam uji coba pribadi.

Di tengah kekhawatiran itu, para aktivis menyerukan langkah cepat dan tegas dari pemerintah daerah dan otoritas perikanan. Larangan tegas terhadap penebaran ikan non-endemik harus diberlakukan, termasuk audit terhadap seluruh aktivitas KJA yang ada di danau. Jika tidak, maka tragedi kematian massal ini bisa menjadi awal dari bencana ekologis yang lebih besar.

Danau Lut Tawar bukan sekadar destinasi wisata atau sumber ekonomi, ia adalah nadi kehidupan masyarakat Gayo. Dan nadi itu kini tengah melemah—bukan karena takdir alam, tapi karena tangan manusia sendiri.


Eksplorasi konten lain dari KEN NEWS

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Eksplorasi konten lain dari KEN NEWS

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca