TAKENGON, KenNews.id – Isu mengkhawatirkan muncul di tengah keindahan Danau Laut Tawar yang menjadi jantung kehidupan masyarakat Gayo. Beberapa nelayan keramba jaring apung (KJA) diketahui berencana mengembangkan ikan jenis Bawal Jawa di danau kebanggaan masyarakat Aceh Tengah tersebut. Padahal, ikan ini bukan hanya bukan asli Gayo, namun juga dikenal sebagai spesies predator yang berpotensi menjadi ancaman nyata bagi ekosistem danau.
Langkah ini sontak memantik reaksi cepat dari berbagai pihak. Lembaga lingkungan seperti Gayo Conservation dan LSM Gayo Rimba Bersatu langsung menyatakan sikap tegas dan mengapresiasi langkah proaktif Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah yang turun tangan untuk mencegah penyebaran ikan invasif itu sejak dini.
“Ini bukan hanya soal ikan, ini soal masa depan danau kita. Jika Bawal Jawa dibiarkan, maka dalam beberapa tahun kita bisa kehilangan spesies endemik yang menjadi identitas Danau Laut Tawar,” ujar salah satu aktivis dari LSM Gayo Rimba Bersatu, Abrar Syarif kepada KenNews.id, Senin, 28 Juli 2025
Ikan Bawal Jawa atau dikenal juga dengan sebutan Bawal Air Tawar, secara fisik mirip dengan piranha dan memiliki kemampuan berkembang biak sangat cepat, dikenal agresif serta oportunis dalam mencari makan. Di lingkungan danau yang tertutup dan memiliki keseimbangan ekosistem yang rapuh seperti Lut Tawar, spesies ini bisa dengan cepat mengambil alih rantai makanan, memusnahkan telur-telur ikan lokal, serta merusak habitat ikan asli.
Menurut Abrar Syarif, Pemerintah daerah tidak tinggal diam. Melalui Dinas Perikanan, mereka langsung melakukan pendekatan persuasif kepada para nelayan KJA dan mencegah mereka mengembangkan ikan invasif ini di danau.
“Ikan invasif seperti bawal jawa hanya boleh dikembangkanbiakan di kolam tetap dan tertutup bukan di danau,” tambah Abrar
Namun demikian, masyarakat pun diminta untuk tidak hanya menjadi penonton. Isu ini adalah panggilan darurat bagi semua pihak—akademisi, tokoh adat, petani ikan, hingga generasi muda Gayo—untuk bersatu melindungi ekosistem Danau Laut Tawar dari ancaman spesies asing yang dibungkus kepentingan ekonomi jangka pendek.
“Jangan membuang atau memasukkan ikan jenis lain dengan alasan apapun, karena boleh jadi ikan itu akan membawa parasit yang dapat membunuh ikan di danau,” tambah aktivis yang juga giat melakukan kampanye lingkungan dengan lembaga Gayo Conservation itu.
Karena jika kita lengah, maka suatu saat nanti kita hanya bisa mengenang ikan depik, ikan kawan, dan berbagai kekayaan asli danau dalam cerita dan buku sejarah.
Gayo butuh keberanian, bukan kompromi. Danau Lut Tawar bukan kolam percobaan.
Eksplorasi konten lain dari KEN NEWS
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.