Breaking News

Didong: Dari Tikar Lusuh ke Sofa Kekuasaan

Puisi Esai oleh L K Ara

Dulu,
kami adalah suara dari balik kabut,
bergema di antara bambu tua dan tikar kusam,
seperti angin dari gunung
yang hanya dikenang jika badai datang.
Kami ceh Didong —
tunas tua yang tumbuh di retakan tanah,
dengan syair sebagai akar,
dan lidah sebagai lampu minyak
di malam listrik padam.

Kami menembang di ruang tanpa jendela,
berdiri di batas pesta dan duka.
Suara kami kadang kalah
oleh gendang politik dan janji palsu,
tapi kami tetap bersyair,
seperti air mata yang terus jatuh
walau tak ada yang melihat.

Tapi hari ini,
kami duduk di ruang tamu Wakil Bupati,
di kursi empuk yang dulu hanya ada dalam mimpi,
dengan bunga plastik berdiri tegak di sudut,
dan kopi yang tak perlu kami seduh sendiri.

Tengoklah Ceh M. Din,
suara senjanya menembus tulang-tulang malam.
Lihat Ceh Mahlil,
mulutnya seperti kawah merapi:
diamnya menggetarkan, letusannya puisi.
Dan Sukri S. Gobal,
cabang terakhir dari pohon tua Sali Gobal,
yang menggoyang bumi Gayo
dengan pantun dan pantang.

Kami bukan lagi angin lalu.
Hari ini, kami diundang bukan sebagai hiburan,
melainkan sebagai jantung
yang selama ini berdetak dalam sunyi.
Kami tak meminta mahkota,
cukup satu ruang yang tak menyebut kami “pengisi acara”,
tapi “penyambung sejarah.”

“Begini rasanya dihargai,”
kata seorang ceh sambil menatap lampu gantung.
“Cahaya itu dulu milik orang lain,
kini sejenak jatuh ke pundak kami.”

Kami tak butuh istana,
cukup kursi dan kesadaran.
Kami tak haus tepuk tangan,
cukup satu pendengar
yang tahu bahwa Didong adalah kitab
yang ditulis dengan peluh dan kesepian.

Hari ini kami mengenang
yang telah gugur di ladang syair:
ceh-ceh tua yang mati tanpa panggung,
yang dikubur hanya dengan doa istrinya sendiri.
Tapi lihatlah kami hari ini —
tunas tua masih bisa berbunga,
dan dedaunannya
akhirnya menyentuh jendela kekuasaan.


Eksplorasi konten lain dari KEN NEWS

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Eksplorasi konten lain dari KEN NEWS

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca