Puisi Esai Oleh L. K. Ara
Pesawat perlahan menurun,
seperti bangau kembali dari langit panjang,
menjejak bumi tua penuh peradaban.
Gemerlap kota Istanbul menyala dalam dini hari,
di antara malam yang enggan pergi
dan pagi yang masih malu-malu tiba.
Menara-menara masjid berdiri anggun,
kubah-kubahnya seperti doa yang membatu.
Aku tiba di Bandara Istanbul (İstanbul Havalimanı),
dengan langkah yang belum selesai dari perjalanan.¹
Lorong terminal masih sunyi,
tapi aku mencari tempat wudu
dan ruang kecil yang menghadap kiblat.
Di situ aku berdiri,
menyambut Subuh
dengan takbir yang menggugurkan lelah.
Allahu Akbar—
Shalat ini bukan sekadar kewajiban,
tapi syukur karena masih bisa kembali,
melewati langit,
melewati waktu,
melewati diriku sendiri.
Dari luar, cahaya menyentuh bangunan tua
yang pernah disentuh para sufi dan penakluk.
Nama-nama besar datang di benakku:
**Rumi. Sinan. Al-Fatih.**²
Kota ini tak hanya menyambutku,
tapi mengingatkanku
bahwa setiap perjalanan
adalah panggilan untuk kembali pada-Nya.
🌌
Dan aku melangkah lagi,
menyatu dalam arus manusia,
namun hatiku tertinggal sebentar
di sejadah kecil
di ujung dunia.
⸻
📝 Catatan Kaki:
¹ Bandara Istanbul (İstanbul Havalimanı) adalah bandara utama Turki yang diresmikan pada 29 Oktober 2018, menggantikan Bandara Atatürk. Terletak di sisi Eropa kota Istanbul, bandara ini kini menjadi salah satu hub penerbangan internasional terbesar di dunia.
² Istanbul (dulunya Konstantinopel) menyimpan jejak spiritual dan sejarah dari para tokoh besar:
– Jalaluddin Rumi: sufi dan penyair, warisannya hidup di dunia Islam dan Barat.
– Mimar Sinan: arsitek utama Kekhalifahan Utsmaniyah, pembangun masjid-masjid agung.
– Sultan Mehmed II (Al-Fatih): penakluk Konstantinopel, menjadikan kota ini pusat Islam <Pesan ini diedit>