(Puisi Esai untuk Peusangan Elephant Conservation Initiative, Aceh Tengah, 2025)
✍️ Oleh L. K. Ara
⸻
🔹 Pengantar: Jejak yang Tak Pernah Hilang
Hutan menyimpan ingatan:
langkah gajah, jerit petani, dan doa yang terlepas dari langit.
Di Karang Ampar,
jejak itu berserak di ladang kopi,
di kebun pisang yang patah sebelum panen.
Kini, kita menanam ulang harapan
di tanah yang dulu jadi ladang konflik,
agar manusia dan gajah
tak lagi saling menakuti—
tapi saling menjaga.
⸻
✒️ PUISI ESAI
- Gajah yang Turun dari Hutan
Mereka datang tak diundang—
seperti mimpi buruk yang berjalan dengan empat kaki.
Gajah-gajah liar dari belantara Ulu Masen
menyusuri kampung,
menjebol pagar, merobohkan pisang,
dan meretakkan rasa aman
seperti kaca jendela dihantam peluru malam.
Tapi bukankah mereka juga warisan bumi?
Sejak jauh sebelum jalan dibuka,
sebelum kopi ditanam,
sebelum desa diberi nama Karang Ampar,
mereka sudah berjalan di sana—
menghormati hutan seperti rumah yang berdoa dalam diam.
“Yang liar bukan hanya belalainya,”
kata seorang ibu yang ladangnya hancur,
“kadang yang paling liar adalah ketamakan kita sendiri—
yang menebang pohon seperti mematahkan doa.”
⸻
- Sebuah Lahan, Sebuah Jalan Tengah
Dua puluh ribu hektar tak hanya angka—
ia adalah hamparan perban
di tubuh hutan yang luka.
Tapal baru antara dua dunia:
gading dan cangkul,
hujan dan suara genset,
langit liar dan peta yang dipaku.
Di bawah langit Ketol,
Presiden Prabowo memberi lahan hibah
bukan sebagai hadiah,
melainkan jembatan dari kekuasaan menuju pengampunan.
Dan Raja Juli Antoni datang,
bukan membawa janji dalam map plastik—
tapi mengukur tanah
seperti membaca nadi bumi
yang lelah disayat konflik bertahun-tahun.
“Peusangan Elephant Conservation Initiative,”
bukan hanya proyek,
tapi alfabet baru dalam percakapan
antara manusia dan makhluk yang lupa cara bicara dengan kita,
karena suara kita terlalu bising untuk didengar.
⸻
- Karang Ampar, di Titik Perjumpaan
Di sinilah peradaban diuji:
bukan dengan bangunan tinggi atau aspal,
tapi dengan cara hati meneguk takut tanpa menumpahkan dendam.
Dengan cara tubuh kecil manusia
berdiri di hadapan raksasa bumi yang tak paham pagar.
Anak-anak di Karang Ampar kini belajar
bahwa gajah bukan hanya berita buruk.
Mereka menggambar belalai,
menyebutnya peusangan—
sungai besar yang mengalir di antara batas dan harap.
Jika konservasi ini berhasil,
akan tumbuh sebatang pohon baru dalam benak kita:
yang akarnya adalah empati,
dan buahnya: keselamatan bersama.
⸻
📚 Penutup: Damai yang Bertubuh Besar
Mungkin damai itu memang bertubuh besar,
berkulit tebal, dan berbelalai panjang.
Ia tidak mudah marah,
tapi akan membalas jika terus disakiti.
Ia berjalan pelan,
tapi ingatannya panjang seperti lorong waktu.
Aceh Tengah membuka halaman baru:
di mana manusia tak lagi menjadi pengusir,
dan gajah tak lagi menjadi musuh.
Semoga di bawah rindang hutan Ketol,
anak cucu kita kelak menyapa gajah
bukan dengan takut,
tapi dengan takzim—
seperti menyambut tamu dari masa lalu
yang datang untuk menepati janji damai.
⸻
🕊️ Untuk para petani Karang Ampar,
para pekerja konservasi,
dan semua yang percaya:
alam tak hanya dijaga dengan hukum,
tapi dengan hati,
dan keberanian untuk berdamai dengan makhluk yang tak kita pahami,
tapi tak pernah membenci kita.
⸻
📎 CATATAN KAKI:
1. Karang Ampar – Desa di Kecamatan Ketol, Aceh Tengah, salah satu wilayah rawan konflik antara manusia dan gajah liar.
2. Gajah Sumatera – Spesies gajah yang terancam punah, sering memasuki area pertanian akibat berkurangnya habitat alami.
3. Ulu Masen – Kawasan hutan lindung di Aceh yang menjadi rumah bagi berbagai satwa langka, termasuk gajah Sumatera.
4. Peusangan Elephant Conservation Initiative (PECI) – Program konservasi gajah seluas 20.000 hektar yang dibangun atas hibah Presiden Prabowo, difokuskan untuk meredam konflik dan melestarikan habitat gajah di Aceh Tengah.
5. Prabowo Subianto – Presiden Republik Indonesia (2024–2029), memberikan lahan konservasi sebagai bentuk komitmen terhadap penyelesaian konflik lingkungan.
6. Raja Juli Antoni – Menteri Kehutanan, meninjau langsung lokasi PECI di Karang Ampar pada 19 Juni 2025.
7. Peusangan – Sungai besar di Aceh Tengah, dijadikan metafora dalam puisi sebagai arus perdamaian antara manusia dan alam.
Eksplorasi konten lain dari KEN NEWS
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.