Breaking News
UMUM  

Ramadhan Membentuk Karakter Remajadi Zaman Digital Melalui Budaya Sumang

Oleh: Tazkir, S.Pd, M.Pd

Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan menjadi momentum bagi umat Islam untuk meningkatkan keimanan serta memperbaiki akhlak.

Bagi remaja di era digital, Ramadhan bisa menjadi ajang pembentukan karakter yang lebih baik, terutama jika dikaitkan dengan nilai-nilai budaya lokal. Salah satu budaya relevan adalah sumang, nilai moral yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Gayo, menanamkan rasa malu dalam melakukan perbuatan yang tidak baik.

Dalam era digital yang serba bebas, di mana informasi dapat diakses tanpa batas dan berbagai pengaruh negatif mengancam moral remaja, budaya sumang dapat menjadi benteng yang kuat nilai ini sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya menjaga akhlak dan adab, terutama di bulan suci Ramadhan.

Menurut KBBI, budaya adalah pikiran akal budi, serta sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sukar diubah. Budaya memiliki akar kata dari bahasa Sanskerta, yaitu “budhayah”, yang merujuk pada kumpulan nilai, norma, kepercayaan, adat istiadat, seni, bahasa, dan pengetahuan yang digunakan oleh suatu kelompok masyarakat tertentu.

Zaman teknologi saat ini informasi begitu cepat tidak dapat dibendung langsung hadir pada telephon genggam masyarakat terutama pada remaja bahkan orang tua, dan anak-anak, terdapat peningkatan yang signifikan kemerosotan akhlak akibat pegaruh media terutama kebebasan penggunaan handphone diluar sekolah sulit untuk dikontrol orang tua, permainan game, film yang ditonton melalui media.

Penerapan budaya sumang sangatlah perlu diperkenalkan dan diterapkan pada peserta didik dan remaja zaman tekologi saat ini agar terhindar dari hal negatif serta ditanamkan nilai-nilai budaya Gayo khususnya, jika tidak diperkenalkan sejak dini maka kecintaan nilai budaya akan hilang dan lenyap ditelan zaman, penerapan budaya sumang dapat melalui mata pelajaran mutan lokal, ekstra kurikuler keagamaan, adanya keterlibatan kerjasama antara pihak sekolah dengan lembaga adat serta orang tua.

Sumang adalah larangan/(kemali), sesuai dengan nilai-nilai keislaman yang dianut masyarakat Gayo dikenal budaya malu yaitu adanya larangan untuk tidak melakukan perbuatan (tidak sopan/berakhlak) pada hakikatnya merupakan upaya pembinaan generasi muda dan akhlak, budaya sumang juga memiliki nilai etika dan moral.

Hal ini penting diterapkan di lembaga pendidikan khususnya daerah Gayo, karena pentingnya penerapan budaya sumang pada anak didik dan remaja terutama menyangkut budaya adat Gayo yaitu dengan sebutan sumang (larangan, akhlak, pantang untuk dikerjakan).

Hal ini timbul dari kekhawatiran orang tua, guru, warga sekolah, bila melihat pekembangan peserta didik dan remaja zaman era teknologi digital saat ini sangat memperihatinkan, secara kasat mata, peserta didik saat ini sebagian sudah jauh dari akhlak/etika tidak lagi merasa takut, segan, sopan pada guru dan orang tua, diantaranya sumang perceraken (berbicara), perupuhen (busana), pelangkahen (perjalanan), perbueten (Perbuatan), Penengonen(penglihatan) dll.

Perlu penerapan budaya Gayo sumang dalam lembaga pendidikan, sekiranya dapat merubah karakter peserta didik adalah proses penting untuk membentuk nilai-nilai, sikap, dan perilaku positif pada peserta didik dan remaja.

Penerapan budaya karakter ini dapat dilakukan melalui berbagai cara dan strategi di lingkungan pendidikan. Penerapan pada penanaman nilai budaya Sumang bertujuan agar adanya perubahan positif nilai-nilai karakter sebagai usaha dalam perubahan akhlak, nilai-nilai, norma, oleh peserta didik dan remaja di lingkungan pendidikan.

Pengenalan dan penerapan budaya sumang yang dilaksanakan agar peserta didik dan remaja memperoleh, sikap, perilaku untuk membantu individu bertanggung jawab dalam pendewasaan, agar peserta didik tidak melanggar aturan. Sangat penting dalam menerapkan budaya sumang bagian dari pendidikan saat ini sangat diperlukan ide-ide positif dalam menerapkan akhlak mulia, moral, adab pada guru, peserta didik, keluarga, masyarakat.

Pentingnya hal tersebut agar seluruh warga sekolah yang bersangkutan akan menyesuaikan serta mengatur perilaku seseorang (peserta didik) dan remaja. Adanya penerapan budaya sumang ini menyebabkan peserta didik dan remaja mempunyai batas-batas tertentu dalam mengeluarkan etika perkataan, berperjalanan sopan harus terjaga dengan baik, dalam penerapan budaya sumang di sekolah memainkan peran yang penting saling keterkaitan terutama untuk peserta didik perlu adanya pemahaman serta mengetahui makna sumang keterkaitanya dengan akhlak, moral, adab, karakter peserta didik, sebagai lembaga pendidikan berperan dan berkewajiban memberikan tauladan dalam menerapkan budaya sumang pada peserta didik dan remaja.

Jadi penerapan budaya sumang bagi peserta didik dan remaja dapat menjadi pedoman bagi remaja dalam menjaga perilaku di era digital, terutama di bulan Ramadhan penuh dengan pembelajaran moral dan spiritual. Jika nilai sumang dapat diterapkan dengan baik dalam kehidupan sehari-hari, maka remaja akan lebih mampu menghadapi tantangan digital dengan karakter kuat dan berakhlak mulia.

Semoga budaya Gayo tetap lestari, bertahan pada pemuda pemudi secara regenerasi.

*Penulis Guru SMA Negeri 1 Bukit Bener Meriah


Eksplorasi konten lain dari KEN NEWS

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Eksplorasi konten lain dari KEN NEWS

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca