Aceh Tamiang — Kennews.id. Hingga hari ini (19/12) kondisi pascabencana di sejumlah wilayah Kabupaten Aceh Tamiang masih memprihatinkan. Salah satunya dirasakan oleh warga Desa Bundar, Dusun Bahagia, yang telah 20 hari bertahan dalam keterbatasan air bersih, jaringan komunikasi, dan bantuan logistik.
Salah seorang warga mengungkapkan bahwa meski telah kembali ke rumah, kondisi hunian masih belum sepenuhnya layak. Lumpur masih menutupi sebagian besar rumah, dan hanya satu ruangan yang dapat ditempati setelah dibersihkan secara mandiri.
“Sudah 20 hari, Pak. Baru pulang ke rumah, tapi masih berlumpur. Yang penting bisa ditempati satu ruangan saja. Itu pun kami bersihkan sendiri,” ujarnya.
Ketiadaan air bersih menjadi persoalan utama. Warga terpaksa menumpang air dari sumur tetangga, namun jumlahnya sangat terbatas karena debit air yang tidak mencukupi.
“Air kami numpang di sumur tetangga, Pak. Itu pun terbatas karena airnya tidak banyak,” tambahnya.
Selain air bersih, akses jaringan komunikasi juga menjadi kendala serius. Untuk mendapatkan sinyal, warga harus keluar ke wilayah yang lebih tinggi. Meski sebagian rumah memiliki lantai dua, jaringan tetap tidak stabil dan sering hilang.
“Kalau mau ada jaringan, harus keluar ke daerah yang lebih tinggi. Di rumah ada lantai dua, tapi kadang ada sinyal, kadang hilang,” jelasnya.
Yang paling memprihatinkan, hingga kini bantuan belum merata diterima warga di wilayah tersebut. Menurut pengakuan warga, bantuan lebih banyak tersalurkan ke daerah yang dekat dengan jalan utama atau memiliki akses langsung.
“Mungkin yang dekat-dekat dengan jalan dan yang kenal-kenal saja bantuannya tersalurkan. Kami di sini jarang keluar ke jalan utama, jadi ya tidak ada, Pak, dengan wajah muram” keluhnya.
Jika pun keluar Desa, bantuan hanya diterima sesekali. Selebihnya, warga harus membeli kebutuhan sendiri, meski kondisi ekonomi sedang sulit. Saat ini, pedagang sembako sudah mulai masuk, namun harga dan daya beli menjadi tantangan tersendiri.
“Kalau tidak dapat bantuan, ya sudah, beli sendiri. Orang jualan sembako sudah ada,” tuturnya.
Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian wilayah Aceh Tamiang masih berada dalam ‘kegelapan’ pascabencana—tanpa air bersih, jaringan komunikasi terbatas, dan bantuan yang belum menjangkau seluruh warga secara adil.
Warga berharap adanya perhatian serius dari pemerintah daerah dan pihak terkait, agar bantuan dapat segera disalurkan secara merata, terutama ke desa-desa yang aksesnya jauh dari jalan utama. (Tazkir)

