Breaking News

Guru BK Alumni SMAN  8 Unggul Takengon, Satu-satunya Wakili Aceh Ikuti Pelatihan Konseling Bersama Monash University

Nuzlita Ramasepa (Tengah) bersama mentor dan rekannya pada pelatihan Konseling. Foto: Koleksi Pribadi.

JAKARTA — Prestasi membanggakan kembali diraih oleh dunia pendidikan Aceh. Nuzlita Ramasepa, S.Pd., M.Pd., guru Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 1 Peusangan Siblah Krueng, Kabupaten Bireuen, terpilih sebagai satu-satunya peserta dari Provinsi Aceh dalam Program Pelatihan Teknis Non Gelar bagi Pendidik Tahun 2025 bertema “School Counselling Services to Support 21st Century Student Development.”

Program bergengsi ini digelar oleh Direktorat Pendidikan Profesi Guru (PPG), Direktorat Jenderal Guru, Tenaga Kependidikan, dan Pendidikan Guru, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia, bekerja sama dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP)dan Monash University, Australia.

Pelatihan dilaksanakan secara luring di Hotel Millenium Sirih, Jakarta, pada 2–8 November 2025, serta akan berlanjut daring pada Desember 2025, dengan menghadirkan narasumber internasional dari Monash University.

Seleksi Ketat: Hanya 40 Peserta dari 224 Pendaftar

Berdasarkan SK Direktur Pendidikan Profesi Guru Nomor 1324/B2/GT.00.02/2025 dan Surat Undangan Nomor 1385/B2/GT.00.02/2025, hanya 40 peserta yang berhasil lolos seleksi, terdiri atas 6 dosen PPG dan 34 guru pamong PPG dari seluruh Indonesia.

Proses seleksi berlangsung sangat ketat — mencakup penilaian administrasi, portofolio akademik, skor TOEFL, hingga wawancara berbahasa Inggris. Tak sedikit guru yang akhirnya mundur karena merasa belum siap menghadapi standar internasional tersebut.

“Banyak rekan sejawat sebenarnya kompeten, tetapi belum siap menghadapi wawancara dalam bahasa Inggris. Karena itu, ketika saya dinyatakan lolos, saya merasa ini bukan sekadar prestasi pribadi, tetapi amanah untuk membawa semangat guru Aceh di kancah nasional,” kata Nuzlita Ramasepa kepada KenNews.id, Jum’at, 07 November 2025.

Pelatihan Berstandar Global Kolaborasi Monash University

Selama sepekan, para peserta mengikuti sesi intensif yang difasilitasi oleh pakar pendidikan dan konseling dari Monash University.
Materinya meliputi:

  • Behavioural, cognitive, and creative approaches to counselling
  • Teaching wellbeing and burnout prevention
  • Ethical and supervision models in counselling practice
  • Social Emotional Learning (SEL) strategies for school contexts
  • Action plan design for school-based counselling services

Selain teori, peserta juga menjalani simulasi kasus, microteaching, hingga refleksi pembelajaran harian.

“Saya belajar bahwa konseling abad ke-21 menuntut guru BK menjadi fasilitator kesejahteraan psikologis siswa,” ujar Nuzlita

Menurut Nuzlita yang sebelumnya kuliah Strata I Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP USK Banda Aceh dan mengambil gelar Master Pendidikan dari Universitas Almuslim Bireuen ini, guru BK bukan hanya membantu saat ada masalah, tetapi juga membangun sistem pencegahan dan lingkungan sekolah yang sehat secara emosional.

Inspirasi bagi Guru dan Sekolah di Aceh

Keterpilihan Nuzlita sebagai wakil tunggal dari Aceh menjadi bukti bahwa guru dari daerah pun mampu bersaing di tingkat nasional bahkan internasional — asalkan memiliki komitmen belajar dan semangat pengembangan diri yang tinggi.

Abdul Hamid, S.Pd., M.Pd., Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kabupaten Bireuen, menyampaikan apresiasinya:

“Prestasi Bu Nuzlita menjadi kebanggaan bagi kami dan bagi dunia pendidikan Aceh. Kami berharap ilmu yang diperoleh dapat ditransfer kepada rekan-rekan guru lainnya untuk memperkuat layanan bimbingan dan konseling di sekolah,” ujarnya.

Menumbuhkan Manusia Seutuhnya

Sepulang dari pelatihan, Nuzlita berkomitmen untuk mengembangkan program peningkatan kesejahteraan psikologis siswa serta penguatan kompetensi konselor sekolah di Aceh.

“Bagi saya, menjadi guru BK adalah tentang hadir, mendengar, dan menumbuhkan potensi terbaik setiap siswa,” kata Alumni SMAN 8 Unggul Takengon tahun 2010 ini.

Menurutnya, pelatihan ini memperkuat keyakinan bahwa pendidikan sejati adalah tentang membangun manusia seutuhnya, tutupnya penuh harapan.