Breaking News
UMUM  

Rp28 Ribu untuk Sebuah Pengabdian: Cerita Sunyi Perawat Muyang Kute di Bawah Lampu Neon yang Redup?

Ilustrasi perawat sif malam. Foto-by-News-Republika

BENER MERIAH – KenNews.id | Feature
Di ruang jaga malam Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Muyang Kute, jarum jam berputar pelan dari senja menuju pagi. Di bawah cahaya lampu neon yang redup, para perawat bergantian berjaga — menjaga hidup orang lain, sementara tubuh mereka sendiri menahan letih dan lapar.

Mereka bekerja sejak pukul lima sore hingga delapan pagi. Hampir lima belas jam tanpa jeda, lebih panjang dari shift pagi yang hanya berlangsung delapan jam. Namun, di tengah beban kerja yang berat dan tanggung jawab besar itu, mereka hanya menerima insentif jaga malam Rp30 ribu, dipotong pajak Rp2 ribu, sehingga bersihnya hanya Rp28 ribu per malam.

“Kami sudah usulkan kenaikan ini sejak tiga tahun lalu ke manajemen Muyang Kute, tetapi sampai sekarang belum ada realisasinya,” kata seorang perawat PNS kepada KenNews.id, Jumat, 10 Oktober 2025.

Dengan nominal sekecil itu, setiap triwulan mereka hanya menerima sekitar Rp750 ribu. Jumlah yang bahkan tak cukup untuk mengganti sepatu dinas, apalagi menutup kebutuhan keluarga.

Menjaga Hidup, Sambil Menahan Lapar

Di setiap malam jaga, para perawat harus membawa bekal sendiri. Pihak rumah sakit tidak menyediakan makan malam maupun snack. Mereka menyiapkan sendiri apa yang bisa dimakan di sela-sela kesibukan: gorengan, kue, nasi bekal, atau sekadar teh dari rumah.

“Bayangkan, kami kerja dari jam lima sore sampai jam delapan pagi. Tidak ada makan malam, tidak ada snack. Semua kami tanggung sendiri,” ujar seorang perawat lain. “Kadang kami baru sempat makan setelah pasien tenang — itu pun kalau masih ada waktu.”

Bagi mereka, bekerja di malam hari bukan sekadar urusan jam kerja, tapi pertarungan melawan kantuk dan lapar sambil tetap menjaga senyum untuk pasien.
“Kalau pasien minta tolong jam tiga pagi, kami tetap datang. Karena kami tahu, nyawa tidak bisa menunggu,” tambahnya.

Kesejahteraan yang Tak Kunjung Tiba

Usulan kenaikan insentif telah disampaikan berkali-kali. Para perawat bahkan menilai permintaan mereka tidak muluk-muluk.
“Kalau pun tidak bisa Rp75 ribu per malam, Rp50 ribu saja sudah sangat membantu,” kata sumber itu.

Namun, hingga kini tak ada kabar baik dari manajemen. Mereka hanya bisa berharap, di bawah kepemimpinan manajemen baru RSUD Muyang Kute, kesejahteraan tenaga kesehatan mulai mendapat perhatian yang layak.

“Kami tidak menuntut kemewahan. Kami hanya ingin dihargai sesuai beban kerja,” ujar perawat itu pelan.

Harapan di Ujung Malam

Kini, semua mata tertuju pada Bupati Bener Meriah, Tagore Abubakar. Para perawat berharap kebijakan baru bisa segera diambil — bukan hanya untuk memperbaiki angka dalam laporan keuangan, tapi untuk mengembalikan martabat mereka yang telah lama terabaikan.

Karena di setiap malam yang panjang, di antara suara mesin infus dan langkah tergesa di koridor, para perawat itu tetap setia berjaga. Mereka menjaga denyut kehidupan warga Bener Meriah, bahkan ketika kesejahteraan mereka sendiri nyaris tak berdetak.

Rp28 ribu per malam.
Itulah harga pengabdian mereka — murah di atas kertas, tapi mahal dalam makna kemanusiaan.