TAKENGON | KenNews.id – Ironi pendidikan kembali dipertontonkan di Aceh Tengah. Gara-gara listrik padam, murid-murid Sekolah Dasar IT Cendekia Takengon terpaksa melaksanakan Ujian Assessment Nasional Berbasis Komputer(ANBK) di sebuah kafe.
Kafe Premium yang terletak di seputaran 1001 Takengon, yang biasanya baru buka pukul 09.00 pagi, kali ini rela membuka pintu lebih awal. Dengan bantuan genset dan jaringan WiFi, para pelajar akhirnya bisa mengikuti ujian yang menentukan standar mutu pendidikan sekolah mereka.
Kepala Sekolah SD IT Cendekia, Kemala Hayati, menyampaikan apresiasi mendalam kepada pihak manajemen kafe.
“Pukul 08.00 pagi, seperti biasa mereka belum buka, tetapi karena ada ujian, kami meminta izin untuk melakukan aktivitas dan mereka memperbolehkan. Untuk itu kami dari pihak sekolah mengucapkan terima kasih,” kata Kemala di lokasi, Rabu, 01 Oktober 2025 kepada KenNews.id
Namun, di balik ucapan terima kasih itu terselip pertanyaan besar: sampai kapan dunia pendidikan di Aceh Tengah harus bergantung pada kemurahan hati kafe untuk memastikan ujian nasional berjalan lancar?
Pemadaman listrik yang berlangsung sejak Selasa 30 September hingga Rabu 01 Oktober dan berlangsung panjang sampai 20 jam per hari dan kemungkinan berlanjut, menambah daftar panjang keluhan masyarakat. PLN Wilayah Aceh berdalih, padamnya listrik disebabkan peningkatan kapasitas jaringan serta gangguan teknis di PLTU Nagan Raya.
Alasan itu tidak banyak berarti bagi siswa yang harus berkonsentrasi ujian, guru yang resah, maupun orang tua yang cemas.
Hari kedua blackout ini seolah menegaskan bahwa pendidikan tidak lagi ditopang oleh negara, melainkan oleh swasta yang menyediakan genset dan WiFi. PLN, lagi-lagi, menjadi kambing hitam dari kegelapan yang melumpuhkan aktivitas masyarakat.