Hujan deras yang mengguyur Kota Takengon, dari Sabtu setelah Ashar sampai menjelang Isya, 09 Agustus 2025, kembali membongkar masalah klasik yang seakan dibiarkan berulang: drainase yang tak berfungsi. Beberapa ruas jalan tergenang, tapi pemandangan paling dramatis ada di depan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Datu Beru. Jalan utama itu nyaris hilang ditelan air setinggi lutut orang dewasa.
“Banjir menutupi badan jalan di depan RS, tingginya mencapai lutut orang dewasa,” kata seorang netizen yang membagikan rekaman video ke grup WhatsApp Info Aceh Tengah. Video itu, yang sempat dilihat KenNews.id, memperlihatkan kendaraan melaju pelan di tengah arus air, sementara pejalan kaki berusaha menyeberang dengan celana tergulung.
Komentar warganet pun bermunculan. “Kalau kemarau, kita mengeluh panas. Kalau hujan, kita mengeluh banjir. Jadi, maunya cuaca apa?” tulis salah satu anggota grup, seakan menertawakan kebingungan kota ini menghadapi siklus alam yang sebenarnya bisa diprediksi.
Pantauan KenNews di beberapa titik menunjukkan akar masalahnya: air hujan tidak punya jalan masuk ke got. Banyak saluran drainase tertutup beton, tersumbat sampah, atau bahkan hilang tertimbun proyek jalan. Kota ini seperti dibangun dengan asumsi bahwa hujan hanyalah legenda, dan air akan menguap begitu saja.
Ironisnya, pemandangan ini bukan kali pertama terjadi. Setiap tahun, pola yang sama berulang: hujan turun, jalan berubah jadi kolam, pejabat berjanji memperbaiki, lalu hujan berikutnya kembali menguji. Bedanya hanya satu—banjirnya makin pandai mencari tempat baru.
Warga pun mulai bertanya-tanya, apakah ini sekadar masalah teknis atau bukti bahwa urusan drainase memang tak pernah masuk prioritas serius. Sementara itu, air hujan di Takengon tetap saja bingung… mau ke mana