Takengon, KenNews.id — Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Takengon-Bener Meriah melontarkan kritik tajam dan tanpa tedeng aling-aling terhadap Pemerintah Provinsi Aceh dan Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah terkait kemunculan peta topografi baru yang diduga kuat mencaplok sebagian wilayah Aceh Tengah. Dalam peta tersebut, terlihat adanya pengurangan wilayah administratif Tanoh Gayo yang seolah-olah disahkan secara diam-diam tanpa keterlibatan publik.
Ketua Umum HMI, Afdhalal Gifari, menyebut pergeseran batas ini bukan hanya persoalan kartografis, melainkan sebuah kejahatan administratif yang terstruktur dan sistematis. Ia menegaskan bahwa tindakan ini merupakan bentuk kolonialisasi baru terhadap hak-hak masyarakat Gayo yang selama ini dijaga melalui sejarah, adat, dan legitimasi wilayah.
“Ini bukan lagi persoalan teknis, ini perampokan wilayah yang dilegalkan oleh kebisuan pemerintah. Ketika tanah rakyat dialihkan tanpa musyawarah, dan pejabat lokal memilih diam, maka yang terjadi adalah pengkhianatan terhadap sumpah jabatan dan mandat konstitusional,” ujar Afdhalal.
Menurut HMI, sikap diam Pemkab Aceh Tengah adalah bentuk kelumpuhan politik dan etika birokrasi yang mempermalukan marwah daerah. Pemerintah dinilai tak hanya gagal, tetapi juga bersikap apatis terhadap ancaman nyata hilangnya kedaulatan atas ruang hidup masyarakat Gayo.
Sebagai bentuk perlawanan, HMI menyatakan sikap:Jika dalam waktu 1×24 jam tidak ada penjelasan resmi dan langkah konkret dari Pemerintah Aceh maupun Pemkab Aceh Tengah untuk menghentikan dan membatalkan peta tersebut, maka HMI bersama elemen rakyat Tanoh Depet akan menggelar aksi besar turun ke jalan.
“Kami bukan sekadar pewaris tanah ini, kami adalah penjaganya. Jika pemerintah tak mampu bersuara, maka kami yang akan berteriak. Jika mereka memilih diam, kami yang akan bergerak. Ini bukan perlawanan biasa, ini panggilan sejarah,” tutup Afdhalal dengan nada tegas.
HMI menegaskan bahwa Gayo bukanlah tanah yang bisa digadaikan atas nama ‘kesepakatan teknis.’ Wilayah ini berdiri di atas darah, adat, dan sejarah panjang yang tak boleh dikompromikan oleh birokrasi yang kehilangan keberanian
Eksplorasi konten lain dari KEN NEWS
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.