Breaking News
UMUM  

Komunitas Film Gayo Resmi Dibentuk

TAKENGON, KenNews.id – Sejumlah pegiat film, akademisi dan resensator film, membentuk sebuah wadah bernama Gayo Film Community (GFC).

Komunitas yang sudah direncanakan dibentuk sejak Tahun 2024 itu, kini sudah dibentuk, dan tinggal merampungkan kepengurusan.

“Alhamdulillah, beberapa pegiat film dokumenter dan sejumlah akademisi bidang Penyiaran dari IAIN Takengon dan Universitas Gajah Putih serta resensator film bersepakat membentuk komunitas film ini,” kata Iwan Bahagia, salah seorang pendiri komunitas tersebut, dalam siaran tertulisnya kepada media ini, Kamis (12/6/2025).

Menurutnya, di Aceh Tengah dan Bener Meriah serta Gayo Lues, masih minim kader yang yang bekerja di bidang perfilman, khususnya dokumenter maupun film pendek dan jenis film lainnya.

“Sebenarnya, kalau kita kilas balik, pernah ada film-film di era 2000-an, tapi bergenre komedi, dan masih terbatas VCD kemudian DVD, namun sejak 2018 hingga awal 2025, karya sineas Gayo untuk film sudah berkurang,” ucap Iwan.

Ia menjelaskan, ada sejumlah pegiat film yang berprestasi di tingkat nasional, namun masing-masing mereka bekerja mandiri.

“Sebut saja Bang Ikmal Gopi, Sutradara Film “Radio Rimba Raya”, Iqbal Fadly Sutradara Film “Kilau Kerikil”, mereka berkarya di ibu kota, sementara dengan kekayaan alam, dan budaya yang ada, kita juga sebenarnya bisa menjadi sineas tapi kesempatan dan forum di Gayo belum banyak, termasuk dari pemerintah,” ucap Iwan, sembari menambahkan, putra dan putri dari Aceh Tengah Rahmi Ridzki dan Ariza Saputra juga pernah mendapatkan penghargaan Rekomendasi Juri untuk film Kutukan Tak Bertuan pada ajang Eagle Award di salah satu stasiun TV beberapa tahun silam.

Selain itu, ia menilai Nanda Winar Sagita, salah seorang penggemar film, di Aceh Tengah, punya kualitas mempuni untuk sebagai resensator film.

Kemudian ada Nova Sanjaya yang pernah terlibat dalam film dokumenter “Dedesen” Tahun 2019, yang saat itu juga bersama Rahmi Ridzki.

Ada juga film dokumenter “Siner Jaya (Melanjutkan Nyanyian To’et)” karya Hardiansyah Putra dan Zuli Aris Setiyanto juga dari Aceh Tengah.

“Sebenarnya negeri Gayo ini potensial untuk film dokumenter, film pendek, bahkan film garapan sutradara profesional juga pernah beprestasi di tingkat internasional dengan mengambil lokasi syuting di Gayo,” sebut Iwan, dengan menyinggung nama Christine Hakim dan Garin Nugroho, dan keterlibatan Aktor Rio Dewanto dalam film “Filosofi Kopi” yang juga syuting di Gayo.

Bukan hanya itu, Gayo pernah punya aktor layar lebar, seperti Ibrahim Kadir dan Kabriwali.

Bahkan terbaru sebut dia, sutradara film ternama, Jeremy Nyangoen juga akan membuat film berskala internasional di tanah Gayo.

Iwan Bahagia sendiri pernah menjadi Sutradara Film Dokumenter “Perempuan Kopi” yang mendapatkan penghargaan sebagai Film Terbaik Aceh Documentary Competition (ADC) 2013, bersama rekannya kala itu, Edi Syahputra.

Sementara ini lanjut Iwan, komunitas film yang dibentuk akan fokus pada pemutaran dan diskusi film, dengan harapan akan menyaring kader-kader peminat film maupun pegiat film lokal.

“Insya Allah, program kita ke depan kita akan menyasar anak-anak sekolah, dan kampus-kampus, agar minat publik terhadap film semakin tinggi,” ungkapnya.