Bener Meriah, KenNews.id – Di tengah sunyi perbukitan Gayo, berdiri sebuah tugu yang sejatinya merupakan simbol kebanggaan bangsa—Tugu Radio Rimba Raya. Namun ironis, kondisi terkini monumen bersejarah itu jauh dari kata layak. Ditumbuhi semak liar, dikelilingi sampah berserakan, dan lebih miris lagi: sebagian huruf nama tugunya hilang entah ke mana, membuat identitas sejarahnya nyaris tak terbaca.
Padahal, di lokasi inilah dahulu Radio Rimba Raya menyiarkan suara Indonesia ke dunia. Saat Jakarta dikuasai Belanda pada Agresi Militer II, dan Republik seolah lenyap dari peta internasional, Radio Rimba Raya menjadi satu-satunya suara resmi Republik Indonesia yang terdengar di luar negeri. Dari hutan lebat Aceh, Republik menyatakan dirinya masih ada.
Namun kini, yang tersisa hanya tugu sepi yang nyaris tenggelam oleh ilalang dan waktu. Huruf-huruf yang dulunya membentuk nama “Tugu Radio Rimba Raya” kini sebagian telah copot dan hilang. Tak ada lagi kebanggaan yang terpancar dari tugu itu—yang ada hanya kesan kumuh dan tak terurus.
“Setiap kali lewat sini, hati saya sedih. Ini tugu perjuangan, tapi keadaannya seperti tak dianggap,” ujar Aman Rudi, seorang warga Bener Meriah. Kamis, 01 Mei 2025. “Rumput liar dibiarkan menjalar, huruf nama hilang, sampah bertebaran… seperti tak ada yang peduli.”
Minimnya perhatian dari pemerintah daerah dan belum adanya upaya nyata pelestarian membuat kondisi tugu kian memprihatinkan. Padahal, dengan nilai sejarah sebesar itu, Tugu Radio Rimba Raya seharusnya menjadi situs heritage nasional, tempat edukasi generasi muda tentang bagaimana perjuangan mempertahankan kemerdekaan pernah disuarakan dari tanah Gayo.
Warga berharap agar pemerintah, baik kabupaten maupun provinsi, segera turun tangan. Tidak hanya membersihkan dan memperbaiki tugu, tapi juga membangun narasi sejarah yang menghidupkan kembali nilai perjuangan yang terkandung di baliknya.
Tugu Radio Rimba Raya memang tak bisa lagi mengudara seperti dulu. Namun, diamnya yang terabaikan adalah teguran bagi kita semua—bahwa melupakan sejarah, sama saja dengan kehilangan jati diri bangsa.
Penulis: Tazkir
Editor: Mustawalad
Eksplorasi konten lain dari KEN NEWS
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.