Breaking News

Kebersihan Adalah Wajah Aceh Tengah, Kepala Dinas yang Baru Harus Tahu Tugas dan Fungsinya!

Truk sampah dan muatannya di Takengon. Foto: Dialeksis

Aceh Tengah, tanah yang dikenal dengan keelokan alamnya, sejuk udaranya, dan keramahtamahan penduduknya. Namun satu hal mencolok mata – bukan karena indah, tapi karena menyakitkan: tumpukan sampah di sudut kota, selokan mampet, dan bau busuk yang menampar hidung. Jika kebersihan adalah sebagian dari iman, maka apa kabar iman birokrasi kita?

Malam-malam di Takengon seharusnya menjadi waktu yang tenang. Tapi tidak bagi warga yang harus menutup hidung ketika lewat di Simpang Lima, atau menahan malu saat tamu luar kota bertanya, “Ini kota wisata?” Malam hari justru memperjelas ironi: saat lampu jalan menyala temaram, maka terlihatlah wajah sesungguhnya kota ini — wajah yang belum dicuci, belum disikat, belum dipedulikan.

Di mana Kepala Dinas Kebersihan? Tidur? Sibuk rapat? Atau lupa tugasnya?

Tugas dan fungsi Dinas Kebersihan itu bukan sekadar rutinitas formal yang ditulis dalam Perbup atau SK Bupati. Tugas itu hidup — ia seharusnya hadir di jalanan, di pasar, di got-got yang menghitam. Fungsi itu bukan sekadar konsep, tapi aksi nyata: mengelola limbah, mengatur sistem pengangkutan, mengedukasi warga, menginspeksi lapangan, dan mengambil keputusan cepat saat krisis.

Mari kita bicara data: berapa banyak armada sampah yang tak layak jalan masih dipaksakan? Berapa titik TPS liar yang tak kunjung ditertibkan? Berapa keluhan warga yang masuk tapi tak pernah ditindak? Dan paling penting: berapa kali Kepala Dinas Kebersihan turun langsung ke lapangan dalam sebulan terakhir?

Jangan hanya muncul saat Musrenbang, foto-foto di media, atau waktu sidak mendadak dengan rombongan. Kota ini tidak butuh pemimpin yang hanya muncul saat kamera menyala. Kota ini butuh pekerja. Kota ini butuh pelayan. Kota ini butuh pemimpin yang sadar bahwa kebersihan bukan soal citra, tapi soal martabat.

Jika benar kita ingin memajukan Aceh Tengah, maka mulai dari yang paling mendasar: bersihkan kota ini! Jangan jadikan petugas kebersihan sebagai tameng kegagalan manajemen. Mereka bekerja keras, pagi-pagi buta, dengan alat seadanya. Tapi sistem yang buruk, koordinasi yang lemah, dan kepemimpinan yang gamang akan selalu membuat hasil kerja mereka seperti air di atas daun talas.

Jangan salahkan warga yang buang sampah sembarangan, jika tempat sampah tak tersedia. Jangan salahkan hujan jika drainase tidak dipelihara. Jangan salahkan anggaran jika Anda tidak kreatif dalam mencari solusi.

Kepala Dinas Kebersihan yang dipilih nantinya, dengarkan suara rakyat. Lihat kota ini bukan dari balik kaca mobil dinas. Rasakan aroma selokan yang tersumbat. Lihat sendiri anak-anak kecil bermain di dekat tumpukan sampah. Lihat mereka, dan katakan, “Saya bangga dengan kerja saya.”

Sudah saatnya kepala dinas kebersihan yang dipilih nantinya tahu betul apa arti pelayanan

Aceh Tengah bisa bersih. Bisa indah. Tapi hanya jika pejabatnya berhenti beralasan dan mulai bekerja.