Breaking News
WISATA  

Mewujudkan Takengon menjadi Maldivesnya Aceh

The Nautilus Maldives. Foto:Tripadvisor

Oleh: Zahra Fonna

Takengon, kota yang dikenal sebagai “Permata Dataran Tinggi Gayo,” memiliki potensi luar biasa sebagai destinasi wisata unggulan di Indonesia. Selain keindahan Danau Laut Tawar dan panorama pegunungan yang menawan, budaya dan keramahan masyarakat Gayo menjadi daya tarik tersendiri. Ditambah lagi dengan perkebunan kopi yang menghasilkan kopi gayo menjadi semacam ‘micin’ bagi kepariwisataan Takengon.

Namun, untuk mewujudkan Takengon sebagai kota wisata yang aman dan tertata berstandar internasional, diperlukan pendekatan terpadu dalam menata tata kotanya. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil.

1.Penataan Ruang Kota Berbasis Pariwisata

    Perencanaan tata ruang kota Takengon harus mempertimbangkan zonasi khusus untuk pariwisata. Area strategis seperti kawasan sekitar Danau Laut Tawar dapat dikembangkan menjadi pusat wisata yang terintegrasi, lengkap dengan pedestrian, taman, pusat kuliner, dan galeri seni lokal. Area perkebunan (kopi, stroberi, apel, dl) juga memiliki potensi besar yang belum tergali dengan baik.

    Tak perlu sungkan meniru tata kelola kota lain di dunia yang telah sukses memanjakan mata dan hati pelancong terutama di kawasan yang terkait langsung perairan, seperti area sekitar sungai Danube, Rhine, Elbe, Thames, dan lain-lain.

      Contoh tatakelola kawasan perairan sungai Seine (Perancis) dan sungai El Volga (Moskow)
      (Sumber: https://id.renovablesverdes.com/sungai-eropa/)

      Pengaturan ini tidak hanya memperindah kota tetapi juga menciptakan pengalaman wisata yang nyaman.

      Selain itu, pembatasan pembangunan di area sensitif lingkungan akan membantu menjaga keindahan dan kelestarian alam.

      Untuk dapat melaksanakan tatakelola yang sempurna, memanfaatkan keragaman potensi alam dan budaya lokal, tentu saja bukan pekerjaan yang bisa dilaksanakan dalam sekejap. Kesiapan sumber daya manusia adalah faktor utama untuk dapat melaksanakan tatakelola yang bijak, ramah lingkungan, dan futuristik.

      Faktor paling penting lainnya adalah kesiapan masyarakat dan peraturan daerah yang ketat tentang tata kelola wilayah yang di dalamnya terintegrasi pengelolaan sampah.

      Kota wisata yang indah tidak akan menjadi tempat yang menyenangkan apabila terlihat kumuh dan sampah bertebaran.

      Dalam foto di atas, kebersihan alam semakin terlihat mempesona ketika tidak kita temukan sepotong sampah plastik pun yang bertebaran.

      Padahal, pemandangan semacam di sungai Seine dan El Volga secara natural dimiliki oleh sungai dan danau Indonesia. Penataan sungai yang artistik di sungai Seine menambah daya tarik meskipun fungsional sungai tetap terpenuhi dengan perahu-perahu dan jembatan.

      2. Meningkatkan Aksesibilitas dan Transportasi

      Infrastruktur transportasi yang baik sangat penting untuk mendukung pariwisata. Jalan menuju destinasi utama harus diperbaiki dengan cepat ketika ada kerusakan, diperluas, dan dilengkapi dengan rambu-rambu yang jelas.

      Selain itu, pemugaran jalan agar lebih aman juga sangat penting. Sistem transportasi publik yang ramah wisatawan, seperti pesawat terbang dengan jadwal rutin, bus pariwisata atau layanan sepeda sewa, dapat diterapkan untuk memudahkan mobilitas dan mengurangi kemacetan.

      Pengadaan transportasi kereta api menjadi hal sangat penting dan futristik dalam menunjang kemajuan pariwisata Takengon. Tentu saja pemikiran tentang pengadaan transportasi murah, cepat, dan aman ini harus sudah menjadi agenda utama dalam pembangunan pariwisata, sejalan dengan peningkatan tatakelola kawasan.

      Selain itu, parkir yang terorganisir di pusat kota akan mengurangi kesemrawutan dan menciptakan ruang publik yang lebih nyaman.

      3. Pengelolaan Kebersihan Kota

      Kebersihan adalah kunci kenyamanan bagi wisatawan. Membahas kebersihan kota, bukan melulu mengharap kesadaran masyarakat dan pemerintah.

      Kebersihan kota harus dimulai dari pendidikan menyeluruh dan nyata di sekolah-sekolah. Sejak dini anak-anak harus dibiasakan memilah sampah, menjaga lingkungan, sehingga menjadi sebuah karakter diri yang kuat.

      Ke depannya tidak ada lagi anak-anak yang membuang botol bekas minum atau plastik bekas makanan ke sembarang tempat, meskipun di dekatnya tidak ada tempat sampah.

      Ini lebih cenderung kepada mendidik karakter cinta lingkungan bagi generasi mendatang,
      Kewajiban pemerintah adalah mensosialisasikan tata cara pengelolaan sampah, pentingnya pengelolaan sampah, serta membuat undang-undang atau qanun yang mengatur pengelolaan sampah berikut sanksi tegas bagi pelanggar.

      Kampanye sadar lingkungan, seperti gerakan “Takengon Bersih,” dapat dilaksanakan secara berkala dengan memberikan reward bagi pelaku baik perorangan maupun perkelompok yang telah berkontribusi menjaga lingkungan dapat melibatkan masyarakat dan pelaku wisata dalam menjaga kebersihan kota.

      Kesalahan fatal saat ini adalah, masyarakat pada umumnya tidak memahami pentingnya mengelola sampah dan pemerintahpun tidak melakukan sosialisasi secara serius dan konsisten menyediakan aturan jelas terkait hal ini.

      Bila sosialisasi sudah memadai, serta qanun sudah ada, maka pelaksanaannya haruslah konsisten.

      Pengadaan tempat sampah yang membedakan sampah organik dan nonorganik yang memadai di setiap sudut kota akan menjadi sebuah kebutuhan masyarakat, baik di kawasan wisata maupun kawasan perumahan penduduk.

      Bila pengelolaan sudah sangat baik, maka sampah tidak akan menjadi sumber masalah, tetapi akan menjadi aset daerah, dengan membentuk pusat pengelolaan sampah.

      Dengan sistem pengelolaan sampah yang baik dan modern, kawasan pengelolaan sampah akan menjadi objek wisata pendidikan yang sangat penting. Bukan tidak mungkin bila diwujudkan, maka Takengon akan menjadi “Panglipuran” nya Aceh.

      Tak perlu lah jauh-jauh melihat bagaimana modernnya pengelolaan sampah di Luxemburg dan Austria, cukup lihat dan contoh yang ada di Indonesia aja, maka Bali pun akan iri pada Takengon.

        Desa Panglipuran, Bali
        (Sumber: https://travel.detik.com/domestic-destination/)

        4. Keamanan Kota untuk Wisatawan

        Rasa aman adalah faktor utama dalam menciptakan kota wisata yang ramah. Keberadaan pos keamanan di lokasi strategis dan patroli rutin oleh aparat penegak hukum akan memberikan rasa aman bagi wisatawan. Selain itu, pemasangan pencahayaan yang baik di sepanjang jalan dan area publik akan mencegah tindakan kriminal. Aplikasi digital untuk pelaporan insiden atau informasi wisata juga dapat membantu wisatawan merasa lebih terlindungi selama berada di Takengon.

        Rasa aman bukan hanya terhindar dari tindak kriminal, tetapi rasa aman juga meliputi kemudahan mendapatkan informasi apa saja terkait wisata, penginapan, kuliner, dan lain-lain terkait kebutuhan para wisatawan. Posko-posko yang menyediakan layanan informasi haruslah mudah didapatkan di setiap sudut kota maupun melalui aplikasi khusus.

        5. Peningkatan Estetika Kota.

        Takengon dapat mengadopsi konsep “kota cantik” dengan memperbanyak elemen visual menarik, seperti mural bertema budaya Gayo, taman bunga sepanjang jalan kota, dan instalasi seni di ruang publik.

        Penghijauan kota dengan menanam pohon di sepanjang jalan juga akan menciptakan suasana yang asri dan sejuk. Revitalisasi bangunan tua yang bersejarah menjadi destinasi wisata atau pusat seni akan menambah daya tarik budaya sekaligus melestarikan warisan lokal.

        6. Pemberdayaan Masyarakat Lokal

        Keterlibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan pariwisata sangat penting. Pelatihan untuk pelaku UMKM, pemandu wisata, dan pengusaha lokal dapat meningkatkan kualitas layanan dan menciptakan lapangan kerja. Selain itu, program “Sadar Wisata” dapat mengedukasi masyarakat untuk menjadi tuan rumah yang ramah bagi wisatawan.

        Kehadiran komunitas lokal yang aktif dalam kegiatan kebersihan, seni, atau pelestarian budaya akan menciptakan ekosistem kota wisata yang inklusif dan berkelanjutan.
        Dengan perencanaan tata kota yang baik dan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha, Takengon dapat berkembang menjadi kota wisata yang aman, nyaman, dan tertata.

        Keindahan alamnya yang memikat, dipadukan dengan suasana kota yang bersih dan ramah, penuh bunga, akan menjadikan Takengon destinasi yang tak terlupakan bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.

        Dengan pengelolaan yang cerdas dan modern, bukan mimpi lagi bahwa Takengon menjadi ‘Maldives’nya Aceh suatu hari nanti. Bila ‘Maldives’ terkenal dengan pantai-pantainya, maka Takengon terkenal dengan danau berpadu dengan kopi, kuliner khas, dan taman kota yang indah. Semuanya tentu saja dapat disiapkan sedini mungkin dengan memfokuskan pada pendidikan sumber daya manusia yang tepat, terarah, dan terukur.

          19 April 2025.
          ** Penulis adalah pemerhati wisata Aceh


          Eksplorasi konten lain dari KEN NEWS

          Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

          Eksplorasi konten lain dari KEN NEWS

          Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

          Lanjutkan membaca