Breaking News
UMUM  

Etika Politik Dalam Pilkada Aceh Tengah 2024

Oleh : Muhammad Syukri

Menarik mencermati kekhawatiran Pak Nas (Ir H Nasaruddin M.M, mantan Bupati Aceh Tengah) atas ujaran kebencian dan saling menjatuhkan yang dilakukan oleh para pendukung, dan oknum tim pemenangan.

“Maka, mari kita jaga etika dalam berpolitik. Kita harus tunjukan kepada daerah lain, jika Gayo khususnya Aceh Tengah baik itu Bener Meriah memiliki adat dan adab. Saling menghargai, bukan menghujat,” begitu kata Pak Nas kepada AJNN, Minggu, 11 Agustus 2024.

Sebenarnya, begitu seseorang menyatakan akan ikut kontestasi Pilkada, seketika itu pula mesin politik mulai dinyalakan.

Mesin politik ini beragam. Ada yang memiliki kapasitas silinder dan daya jelajah tinggi, seperti mesin turbo 4 WD. Jenis ini bisa menjelajahi segala medan. Ada pula mesin biasa dengan daya jelajah terbatas.

Biasanya, driver mesin politik turbo 4 WD, ingin secepatnya tiba di garis finis. Baginya, lumpur, sungai dan tanjakan bukan halangan.

Bahkan, gunung pun didaki, demi mencapai tujuan secepatnya. Bagaimana dengan tanaman petani yang rusak terlindas? Itu ada yang ngurus, kata si driver.

“Kamu tak beradab, tak beretika!” teriak si pemilik tanaman.

Dunia politik, tidak jarang yang mengabaikan etika politik. Bukan tidak tahu, tetapi merasa mesinnya turbo 4 WD, bisa bebas menempuh jalur manapun. Meminjam istilah Niccolo Machiavelli, menghalalkan segala cara.

Kenapa etika politik menjadi penting? Mari kita ulas, apa itu etika politik. Etika politik adalah cabang filsafat yang membahas nilai-nilai moral dalam konteks politik.

Cabang filsafat ini melibatkan pertimbangan tentang moralitas tindakan, kebijakan, dan perilaku politik. 

Etika politik bertujuan untuk memastikan bahwa tindakan politik dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip moral dan keadilan.

Frans Magnis-Suseno (Etika Politik, 2016) menulis: kekuasaan politik harus memiliki dasar moral yang kuat, bukan hanya legalitas formal.

Apa artinya? Suatu kekuasaan itu harus diraih secara terhormat dan bermartabat. Misalnya, paslon tertentu meraih suara terbanyak dalam Pilkada. Secara legalitas formal merekalah pemenang.

Namun, apakah kemenangan paslon tersebut atas dasar moral yang kuat seperti kata Frans Magnis-Suseno? Kalau iya, berarti legitimasi kekuasaan yang diraihnya sangat kuat, dan perlu didukung oleh seluruh rakyat.

Pilkada Aceh Tengah 2024 menjadi ajang pembuktian, apakah etika politik berjalan atau tidak.

Supaya etika politik berlangsung seperti harapan Pak Nas, mari kita hindari tindakan tak beretika. Seperti intimidasi, politik uang, serangan fajar, saling hujat, black campaign, dan sebagainya.

Dengan demikian, etika politik menjadi panduan moral bagi para paslon dan pendukung. Mereka harus memastikan, bahwa apa yang dilakukan demi kebaikan bersama. Bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.


Eksplorasi konten lain dari KEN NEWS

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Eksplorasi konten lain dari KEN NEWS

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca